Selama empat tahun Hashem telah bertugas untuk memindahkan semua panggilan telepon yang ditujukan ke kementrian sosial dan telah dipercayakan untuk menyimpan kunci kementrian, atas dedikasi dan tanggung jawabnya tersebut dirinya menerima penghargaan dan kepercayaan dari rekan-rekannya.
Hashem mengatakan bahwa dirinya mempelajari dan menghapal nomor-nomor tersebut dari hati – yang telah menjadi hobinya sejak masih kecil. Sehingga dia dapat dengan mudah untuk menghafal semua angka yang ia butuhkan dalam bekerja tanpa mendapatkan bantuan dari direktori telepon.
Salah satu koleganya yang bernama Arafat, mengatakan bahwa Hashem juga dikenal karena keberaniannya setelah ia dapat menyelamatkan bangunan dari jilatin api yang mematikan.
“Salah satu karyawan lupa mematikan rokok dan akhirnya bangunan terbakar,” kata Arafat kepada Al Arabiya. “Seluruh bangunan akan berubah menjadi abu jika Hashem tidak bertindak cepat dan berani.”
Keramah-tamahan dan rasa humor Hashem juga telah membuatnya menjadi populer dikalangan penelpon biasa. Bahkan orang-orang menelpon untuk pertama kalinya yang telah mendengar tentang dia, sangat ingin berbicara dengannya.
Kehidupan Hashem tidaklah mudah. Dia tinggal di dalam desa al-medeya, 35 kilometer (22 mil) dari tempat ia bekerja, sebuah rumah sederhana dengan hanya memiliki perabotan untuk keperluan sehari-hari yang mendasar.
Kebutaannya itu disebabkan dari kekeringan mata sederhana ketika dia berusia tiga bulan. “Ketidaktahuan dan kurangnya perawatan medis membuat saya buta,” katanya kepada Al Arabiya. “Dokter bilang dirinya mendapatkan kasus yang tidak ada harapan, tapi saya sendiri tidak pernah akan kehilangan harapan untuk mendapatkan kembali penglihatan saya.”
Hashem bersekolah di sekolah khusus untuk anak-anak buta di Betlehem hingga tahun 1990 dan kemudian ditransfer ke sekolah umum di desa Naleen, di mana akhirnya ia dapat menyelesaikan pendidikan SMA-nya.
Hashem telah mencoba melamar 13 gadis dari desanya dan desa-desa tetangga, namun mereka semua menolaknya. Dia akhirnya menikahi sepupunya yang bernama Sabreen.
“Dia berpendidikan dan intelektual dan tidak memiliki rasa canggung terhadap orang cacat. Dia tidak merasa malu untuk menikah dengan orang buta.”
Hashem menambahkan bahwa istrinya hamil baru-baru ini yang membawa dirinya penuh sukacita yang tak terlukiskan.(fq/aby)eramuslim.or.id
0 comments: