Cinta sederhana dari laki-laki biasa
Cinta sederhana dari laki-laki biasa
“kenapa sih, kamu memilih dia….??”
“apa kelebihan dia, sehingga kamu menerimanya…??”
“aduhh, neng kamu ini bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia, kamu pinter dengan segudang prestasi, kamu cantik banyak yang suka….!!”
Pasti akan banyak lagi pertanyaan dan pendapat orang-orang ketika seseorang itu sudah “menentukan pilihannya”
Pantaskah kita memberikan pernyataan seperti itu, seakan-akan kita tidak mensyukuri ciptaan Allah terhadap wujud makhluk-Nya.
Mengapa kita selalu merasa “lebih baik” dari yang lain dengan segudang kelebihan yang dimiliki, sehingga faktor pilih-memilihpun jadi acuan
Kecantikan…..prestasi….kepintaran….kesuksesan……itu takkan pernah abadi, karena itu semua hanya amanah sementara yang Allah titipkan buat kita.
Akan terlihat banyak yang menyalahkah ketika pilihan itu untuk laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa. Mengharapkan cinta sederhana dari laki-laki biasa yangt tidak penuh dengan rayuan gombal tapi dia buktikan dengan tindakan yang nyata…
Mungkin bagi sebagian orang hal itu sangatlah sulit, keraguan…ketidakyakinan akan masa depan akan terus membayang-bayangi
……………………………………………………………………
Tapi harus ingat lagi akan tujuan atau niat awal ketika memutuskan untuk menikah, jika rasa tawakal, ikhlas, hanya mengharap ridho Allah yang senantiasa menyertai setiap langkah dlm menjalani keputusan, insyaAllah cinta sederhana yang diharapkan akan terbukti nyata dengan bergulirnya waktu yang ada, Waktu akan membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, meski keadaan sudah sangat berubah, karena kecantikan, kesuksesan tidak pernah akan abadi
Orang-orang di luar, mereka memang akan tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kelak akan berbeda bunyi?
“betapa beruntungnya kamu memiliki dia….”
“betapa bahagianya kehidupan kalian, yang bisa menerima apa adanya dalam kondisi bagaimanapun…”
“betapa setianya dia terhadap kamu, ya neng…!”
“kenapa sih, kamu memilih dia….??”
“apa kelebihan dia, sehingga kamu menerimanya…??”
“aduhh, neng kamu ini bisa mendapatkan yang lebih baik dari dia, kamu pinter dengan segudang prestasi, kamu cantik banyak yang suka….!!”
Pasti akan banyak lagi pertanyaan dan pendapat orang-orang ketika seseorang itu sudah “menentukan pilihannya”
Pantaskah kita memberikan pernyataan seperti itu, seakan-akan kita tidak mensyukuri ciptaan Allah terhadap wujud makhluk-Nya.
Mengapa kita selalu merasa “lebih baik” dari yang lain dengan segudang kelebihan yang dimiliki, sehingga faktor pilih-memilihpun jadi acuan
Kecantikan…..prestasi….kepintaran….kesuksesan……itu takkan pernah abadi, karena itu semua hanya amanah sementara yang Allah titipkan buat kita.
Akan terlihat banyak yang menyalahkah ketika pilihan itu untuk laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pendidikan biasa, berpenampilan biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang amat sangat biasa. Mengharapkan cinta sederhana dari laki-laki biasa yangt tidak penuh dengan rayuan gombal tapi dia buktikan dengan tindakan yang nyata…
Mungkin bagi sebagian orang hal itu sangatlah sulit, keraguan…ketidakyakinan akan masa depan akan terus membayang-bayangi
……………………………………………………………………
Tapi harus ingat lagi akan tujuan atau niat awal ketika memutuskan untuk menikah, jika rasa tawakal, ikhlas, hanya mengharap ridho Allah yang senantiasa menyertai setiap langkah dlm menjalani keputusan, insyaAllah cinta sederhana yang diharapkan akan terbukti nyata dengan bergulirnya waktu yang ada, Waktu akan membuktikan segalanya. Cinta luar biasa dari laki-laki biasa yang tak pernah berubah, meski keadaan sudah sangat berubah, karena kecantikan, kesuksesan tidak pernah akan abadi
Orang-orang di luar, mereka memang akan tetap berbisik-bisik, barangkali selamanya akan selalu begitu. Hanya saja, bukankah bisik-bisik itu kelak akan berbeda bunyi?
“betapa beruntungnya kamu memiliki dia….”
“betapa bahagianya kehidupan kalian, yang bisa menerima apa adanya dalam kondisi bagaimanapun…”
“betapa setianya dia terhadap kamu, ya neng…!”
0 comments: